Minggu, 26 Januari 2014

Keluarga Ikhlaskan Kepergian Sugiarto

Delapan Kali Daftar TNI

IKHLAS. Syamsiah, menabur bunga di atas pusara putranya, Pratu Sugiarto yang tewas dalam peristiwa penembakan antara TNI dengan OPM di Papua, Jumat 25 Januari lalu.


Pratu Sugiarto

AWAN mendung menyelimuti proses pemakaman jenazah tentara asal Bulukumba yang tewas dalam peristiwa baku tembak antara TNI dan OPM Papua, Pratu Sugiarto, di taman makam pahlawan Bulukumba, Sabtu 25 Januari. Dalam prosesi pemakaman secara militer yang diikuti warga dan kerabat itu, keluarga Sugiarto ikhlas. Orang tuanya berharap, semangat perjuangan putranya tetap hidup bersama prajurit TNI yang berjuang di Papua.

"Anakku tidak mati. Dia tetap hidup bersama teman-temannya di militer," ujar Hj Syamsiah, 59 usai pemakaman putranya Pratu Sugiarto di taman makam pahlawan Bulukumba, kemarin. Hari itu, dengan isakan tangis, Syamsiah mulai sadar dan ikhlas dengan kepergian Sugiarto, yang tewas ditembak kelompok separatis Organisasi Papua Merdeka (OPM).

Kemarin, usai pemakaman yang dilaksanakan secara militer itu, Syamsiah memeluk dua teman Sugiarto yang mengantar jenazahnya ke Bulukumba, dan memintanya menghidupkan anaknya dalam dirinya, dan teman-temannya di militer.


Saat jenazah Sugiarto tiba di Rumah Duka, di Kelurahan Palampang, kemarin malam, Jumat 24 Januari lalu, Syamsiah bersama suaminya, Badri, 63, tak kuasa menahan isak tangis dan emosinya. Ibu empat anak itu tidak mampu menerima kenyataan pembunuhan anaknya, dan melarang dua anaknya untuk mendaftar tentara.

Salah satu rekan sejawat Sugiarto, Pratu Andy S, menuturkan, Sugiarto adalah lelaki yang baik. "Dia prajurit yang sangat patuh, setia kawan, dan sangat baik dengan teman. Saya kebetulan satu batalyon dengan dia saat mulai tugas sejak 2011 di Papua," jelas Pratu S.

Dia menjelaskan, kejadian baku tembak antara TNI dengan anggota OPM Jumat itu tidak disangka terjadi. "Sugiarto masuk dalam gelombang kedua yang bergerak ke arah Yambi (Mulya, Kabupaten Puncak Jaya). Gelombangnya ditugaskan untuk mengambil sepucuk senjata api," jelas dia. Tapi, tiba-tiba diadang dan baku tembak.

Syamsiah menuturkan, dirinya sebenarnya sering melarang Sugiarto untuk naik ke wilayah Puncak Jaya yang rawan. "Kemarin dulu, jam lima sore, dia sempat menelepon, katanya mau naik untuk tugas. Saya bilang kenapa kamu ke sana, katanya tidak apa-apa," jelas Syamsiah.

Adik kandung Sugiarto, Irfan Badri, menuturkan, sejak kecil, kakaknya punya semangat besar untuk menjadi tentara. Sugiarto bahkan delapan kali mendaftar tentara sejak lulus SMA 1 Tanete tahun 2005 silam, dia mulai mendaftar, tapi belum lulus. Dia terus mendaftar sampai tahun 2009, saat mendaftar di Papua, dia lulus," jelas dia.

Pemakaman Sugiarto yang merupakan anggota Korem 173 Praja Vira Braja, Kodam XVII Cenderawasih, dipimpin langsung Komandan Kodim 1411 Bulukumba, Letkol Armed Agung Senoadji. Agung Senoadji mengungkapkan duka yang para mendalam anggota TNI atas kepergian Pratu Sugiarto.(sbi/harian Fajar)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Terima kasih telah berkomentar...