![]() |
Jamaluddin M Syamsir |
Begitupun sistem politik yang justru melahirkan keuntungan untuk kalangan tertentu. Namun, sistem demokrasi saja belumlah cukup. Ia butuh penyelenggara yang mampu menjalankannya.
Ini dipetik dari Talkshow "Pemuda dan Demokrasi," yang diselenggarakan Komite Nasional Pemuda Indonesia (KNPI) Sulsel. Talkshow digelar di gedung BaKTI, jalan Dr Sutomo, 21 Februari.
Talkshow yang mengupas peran pemuda dalam mengawal proses transisi demokrasi ini, dihadiri tiga pembicara. Mereka, antara lain, Pemerhati Budaya, Alwi Rahman, Akademisi, Idrus Taba, dan Komisioner KNPI, Irfan AB. Talkshow yang disiarkan langsung radio Mercurius Fm ini, dipandu seorang fungsionaris KPID Sulsel, Andi Mangara.
Menurut Irfan, demokrasi harus dimaknai sebagai kebebasan yang bertanggungjawab. Kebebasan yang dimaksud, bukan kebebasan yang justru menindas kalangan minoritas. "Pemerintahan yang demokratis, itu harus memperjuangkan hak-hak etnik, sekte-sekte agama, termasuk yang minoritas. Makanya, saya tidak sepakat dengan upaya pembubaran Ahmadiyah secara paksa," ujar dia.
Lalu, apa yang salah dengan demokrasi, sehingga negara masih diwarnai kemiskinan, dan kekacauan? "Kesalahannya bukan pada Demokrasi. Kesalahannya ada pada penyelenggara negara ini," jawabnya. Irfan mengutip ungkapan penguasa legenda perang china, Guan Yu. Bahwa, sebuah sistem tak pernah punya kesalahan. "Sekalipun yang jadi pemimpin adalah seekor kucing, yang penting kucingnya masih mau menangkap tikus, itu lebih baik," lanjut dia.
Irfan menilai, nilai-nilai demokrasi yang diberlakukan ternyata belum sepenuhnya terwujud, karena kurangnya kontribusi kaum muda. Untuk itu, pemuda harus selalu punya ide, dan wacana.
Alwi Rahman melanjutkan, kekacauan yang terjadi di berbagai sektor Negara ini, lebih kepada kurang berfungsinya pemerintah sebagai inspirator. "Terus terang, Indonesia ini berada dalam situasi yang tunggang langgang. Kita ini serba terbirit-birit. Terbirit-birit di wilayah politik, agama, kampus, dan pemerintahan. Tak pernah ada sosok pemimpin seperti Nelson Mandela, yang menjadi sumber inspirasi rakyatnya," terang Alwi.
Nelson Mandela, lanjut dia, mampu memaafkan ribuan orang yang pernah menindasnya. Sedangkan, pemimpin kita, tak pernah sudi untuk memaafkan.
Alwi mengimbau kaum muda, terlebih kepada KNPI, untuk bisa menjadi sumber inspirasi buat masyarakat.
Menurut Idrus Taba, menjalankan kekuasaan yang demokratis itu ibarat menunggangi seekor macan. Ia punya sisi yang mempesona, sekaligus sisi mencemaskan. Untuk itu, peran pemuda dalam pengawalan demokrasi amatlah penting.
Talkshow yang diselingi penampilan musik jazz tersebut, berlangsung santai, dan jenaka. Andi Mangara, pemandu acara mampu menghidupkan suasana, dengan sentilan-sentilan yang menghibur. Puluhan peserta, dari berbagai kalangan, seperti mahasiswa, pengurus lsm dan ormas, hadir. Talksho juga dihadiri ketua umum Komisi Penyiaran Indonesia Sulsel, Rusdin Tompo.
Ketua Umum KNPI Sulsel, Jamaluddin Syamsir menyatakan, Talkshow tersebut dilaksanakan rutin setiap bulan. "Ke depan, diskusi-diskusi seperti ini akan kita lakukan di kampus-kampus," ujar mantan Ketua Himpunan Mahasiswa Islam Cabang Gowa Raya ini.
Jamaluddin menambahkan, Talkshow juga dilakukan, untuk mengurangi jumlah demonstrasi anarkis yang kerap terjadi belakangan ini. "Talkshow kita lakukan, karena melihat kurangnya ruang-ruang diskusi, kajian, yang dilakukan masing-masing organisasi kemahasiswaan. Kita berharap, dengan diskusi ini, tidak ada lagi mahasiswa yang suka demonstrasi anarkis," tandasnya.(sbi)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar...