Assyifa, tergolek lemas di pembaringannya, Jalan Pettarani 6, 28 Februari lalu. Bayi 17 bulan ini hanya bisa menggeliat, dan membalikkan badannya, ke kiri dan kanan. Padahal, bayi seusia dia seharusnya sudah merangkak, bahkan berjalan.
Putri bungsu pasangan Misbahuddin, 53, dan Nurliah, 37 ini, bahkan tak pernah nyenyak jika tidur. "Kalau malam, dia hanya tertidur sekitar sepuluh menit, terus terbangun lagi," ujar Nurliah. Padahal, bayi harusnya tidur antara 16 sampai 20 jam sehari. Melihat anaknya yang menderita, Nurliah hanya bisa berusaha semampunya, membawa anaknya ke rumah sakit berulang kali, dan memeriksakan sakit anaknya dari dokter yang satu ke dokter yang lain.
Sedang Misbahuddin, berupaya semampunya menjadi pengojek, itupun jika kebetulan ada motor yang bisa dipinjam. Keluarga ini tinggal di sebuah ruangan seluas sekira tiga kali enam meter, di Masjid Assyifa, Tamalanrea. Misbahuddin, menjadi pamong di masjid itu, dengan imbalan Rp400.000 setiap bulan.
Saat lahir pada 11 September 2009 lalu, berat Assyifa hanya 2.3kg. Berbeda dengan bayi normal, yang rata-rata 4kg. Saat ini, beratnya hanya 4,5kg. Sakit yang diderita Assyifah cukup langka. Menurut catatan Dr Burhanuddin, spesialis anak yang memeriksanya, terdapat kebocoran seluas 5 milimeter pada dinding yang membatasi atrium kanan dan atrium kiri di dalam jantungnya.
Atrium kanan, berfungsi menerima darah yang kehabisan oksigen dan mengandung karbondioksida (darah kotor, red). Kemudian, darah tersebut dialirkan ke paru-paru, yang menyerap oksigen dan melepaskan karbondioksida. Selanjutnya, darah bersih dialirkan melalui atrium kiri.
Karena terjadi kebocoran pada dinding pembatas atrium kanan dan kiri, akhirnya darah bersih dan kotor bercampur. Asyifah pun tak berdaya. Tubuhnya kurus, perutnya membuncit, dan kulitnya tampak kekuning-kuningan. "Kalau menangis, kulitnya warna biru," sahut Misbahuddin. Penyakit tersebut bernama Atrial Septal Defek (ASD).
Penyakit itu diketahui saat Asyifah berumur tiga bulan. Suatu waktu, Nurliah dan Misbah begitu terkejut, karena Asyifah yang terlahir dengan sehat, tiba-tiba nafasnya sesak, dan dehidrasi. "Dia malah dimasukkan dalam ruangan picu jantung," jelas Misbah. Dokter yang memeriksanya, lalu menyarankan untuk operasi, karena itu satu-satunya jalan.
Asyifah juga adalah satu contoh bayi penderita Hipotiroid bawaan. Hipotiroid adalah penyakit yang dibawa sejak lahir, dan disebabkan kekurangan hormon tiroid yang sangat dibutuhkan untuk pertumbuhan dan perkembangan bayi.
Asyifah dilahirkan dengan usia kandungan yang belum cukup sembilan bulan. Ia lahir dengan sejumlah organ tubuh yang belum sempurna. Lapisan lemak di bawah kulitnya belum terbentuk, dan pencernaan masih belum bekerja maksimal, sehingga ia mudah demam, diare, dan mencret.
Nurliah mengaku, anaknya sudah diopname sampai empat kali. "Saya selalu bawa Asyifah ke Rumah Sakit Wahidin. Kalau diopname, biasanya sampai lima hari. Pernah juga 11 hari," ujar Nurliah. Namun, tak membawa hasil. Tetap saja, operasi yang memakan biaya tinggi, menjadi jalan terakhir.
Misbahuddin dan Nurliah sebenarnya mendapat bantuan Jamkesmas. Namun, Syifa yang baru lahir, belum sempat mendapat kartu pelayanan kesehatan gratis tersebut, karena periode pengurusan Jamkesmas, menurut Nurliah, sampai lima tahun.
Misbahuddin dan Nurliah, adalah potret masyarakat kecil, yang belum sepenuhnya merasakan fasilitas kesehatan gratis yang dijanjikan pemerintah.(zainuddinhasbi@yahoo.co.id)
Senin, 28 Februari 2011
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Terima kasih telah berkomentar...